Posts tagged ‘Statisme’
Kemerdekaan dan Kebebasan
| Imam Semar | Bulan Juni ini adalah bulan yang menarik. Eks- anggota Sekutu memperingati pendaratan di Normandy. Sejarah membebasan Eropa oleh (dengan) bantuan AS pada perang dunia II. Juni juga hari lahirnya Pancasila. Juni juga hari lahirnya Sukarno, Suharto dan Manusama–ketiganya mengklaim presiden di wilayah Indonesia. Juni juga bulan dilahirkannya biang kerok persahaman Indonesia, Imam Semar. Bulan Juni bukan hanya bulan-bulan kelahiran yang ada kaitannya dengan sejarah, tetapi juga kematian. Ronny Reagan baru saja meninggal. Beberapa tentara AS untuk pembebasan Irak juga mati dan akan mati di tangan orang Irak yang dibebaskannya. Rupanya warga Irak sama sekali tidak menghargai arti kebebasan yang diberikan oleh AS. Demikian juga di Saudi Arabia, beberapa ahli/pakar minyak AS di Khobar dibunuh. Rupanya orang Saudi tidak menghargai transfer teknologi dari AS . Bagaimana mungkin warga Irak tidak menghargai kebebasan yang dianugerahkan oleh AS, atau warga Saudi tidak menghargai pengalihan teknologi orang pakar dari AS. Orang boleh berargumen tapi, seperti kata Buddha dalam kitab Tri Pitaka: “Kebenaran yang sejati dapat diperoleh dengan pikiran yang jernih”.
Lingkunganhidupisme, Statisme dan Krisis Pangan
Environmentalism relatif masih jarang dikritisi di negeri ini, apalagi dalam perspektif kebebasan individu. Bahwa kata padanan atau serapannya saja belum ada dalam bahasa Indonesia adalah satu buktinya. Paham ini akan disinggung di sini terkait dengan melonjaknya harga komoditas pangan di pasar global saat ini. Untuk mengatasi ketiadaan istilah, padanan sementara yang dipakai adalah lingkunganhidupisme.
Lingkunganhidupisme, paham yang semakin mengaglomerasi di atas landasan yang secara sekilas sepertinya tidak perlu dipertanyakan, sering dijadikan senjata untuk menampik kapitalisme, baik secara total maupun parsial.
Berbeda secara diametral dari apa yang dialami oleh kapitalisme yang cenderung dihujat , “nasib” lingkunganhidupisme cenderung diasumsikan sebagai sesuatu yang sangat bermoral dan patut diterima.
Sebagai senjata tambahan untuk menepis kapitalisme, lingkunganhidupisme menyatakan diri sebagai paham yang ingin mempertahankan dan menyelamatkan lingkungan hidup dari ketamakan pengusaha. Dengan kata lain, isme ini mencoba melindungi lingkungan hidup dari manusia. (more…)
Proteksionisme Kita
| Nad |
Untuk mempersiapkan acara talkshow radio yang diselenggarakan oleh Freedom Institute dan Radio 68RH di akhir tahun lalu (24/9/07), saya mendapat kesempatan diwawancarai sebagai narasumber. Topik-topik yang dibahas waktu itu, dengan panduan wawancara oleh Bung Hamid Basyaif, antara lain sistem perekonomian, privatisasi, nasionalisme ekonomi, proteksionisme, dan lain-lain yang terkait hal-hal tersebut. Hingga hari ini, transkripnya belum tersedia. Tapi saya masih ingat, di akhir sesi kedua Bung Hamid sempat bertanya: ”Aliran ekonomi apa sih yang mendasari pandangan Anda? Kalau cuma ada satu macam ilmu ekonomi, kenapa kesimpulan dan rekomendasinya bisa begitu berbeda? Saya belum pernah mendengar pandangan orang lain seperti Anda?”
Pertanyaan-pertanyaan di atas cukup layak dijadikan bahan kajian tersendiri tentang persoalan-persoalan metodologis dan epistemologis di dalam tubuh disiplin ilmu ekonomi. Tapi hal tersebut bukan inti pembahasan kita kali ini.
Sebab fokus sekarang adalah proteksionisme dan hal-hal yang bermesraan dengan paham tersebut. Definisi beberapa istilah kunci tersedia di bawah*). Tulisan ini mengembangkan jawaban saya terhadap sejumlah pertanyaan yang diarahkan pewawancara di hari pertama di bulan Ramadan tahun lalu itu, yaitu sbb:
”Apa pendapat Saudara tentang ”Perdagangan Bebas” semacam yang digagas WTO? Apa yang harus dilakukan pemerintah dalam menghadapi serbuan-serbuan produk dari negara lain—katakanlah Cina—untuk membela kepentingan bangsa?” Satu pertanyaan baru yang relevan untuk saat ini: bagaimana mungkin negeri agraris seperti Indonesia sampai mengalami krisis semacam kedelai dan gula pasir?
Komentar