Posts tagged ‘ilmu sosial’
Melawan Positivisme
Dalam banyak seminar dan diskusi, kadang terdengar keluhan bahwa ilmu pengetahuan sosial telah tersub-ordinatkan oleh pengetahuan alam. Hal ini memang disayangkan dan, bahkan, menurut saya, tidak terjadi secara kebetulan. Keluhan tersebut sering timbul sebagai reaksi terhadap berbagai kebijakan-kebijakan politik pendidikan ataupun kebijakan lain yang terkait dengan kepentingan kebutuhan-kebutuhan praktis (misalnya dalam “mencetak” tenaga-tenaga teknis terdidik).
Apakah benar landasan pemikiran di balik kebijakan-kebijakan semacam itu? Sejauh mana pengaruh ilmu pengetahuan alam telah menyilaukan para pakar ilmu sosial? Dan siapakah yang bertanggungjawab atas keyakinan filosofis dari penyimpangan yang terjadi sekarang ini?
Persoalan-Persoalan Epistemologis dalam Ilmu-Ilmu Pengetahuan yang Mengkaji Tindakan Manusia (Bag.2)
| Ludwig von Mises |
( Bagian 2 – Tamat; diformat ulang 25 Maret 2008 )
8. Konsepsi dan Pemahaman
Tugas ilmu-ilmu kajian tentang tindakan manusia adalah memahami makna dan relevansi tindakan manusia. Untuk tugas ini, disiplin-disiplin tersebut menerapkan dua prosedur epistemologis yang berbeda, yaitu konsepsi dan pemahaman. Konsepsi adalah peralatan mental dari praksiologi; sedangkan pemahaman adalah peralatan mental khusus dari sejarah.
Kognisi praksiologi merupakan pemahaman konseptual. Ia mengacu pada apa yang perlu ada dalam tindakan manusia. Ia merupakan kognisi terhadap hal-hal yang universal dan kategoris.
Sementara itu, kognisi sejarah mengacu pada apa yang unik dan individual dalam setiap peristiwa atau kelas peristiwa. Ia menganalisis terlebih dahulu masing-masing obyek kajiannya dengan bantuan peralatan mental yang disediakan oleh semua disiplin ilmu lain. Setelah mencapai tugas awal ini, kognisi sejarah menghadapi persoalan khususnya: [yaitu bagaimana] menjelaskan ciri-ciri yang unik dan individual dari kasus tersebut melalui pemahaman.
Sebagaimana disebutkan di atas, sejarah dikatakan tidak pernah menjadi ilmiah karena pengertian historis tergantung pada penilaian subyektif sejarawan. Pemahaman, dikatakan, hanyalah istilah eufimistis untuk sesuatu yang arbitrer. Tulisan sejarawan selalu berpihak dan bersifat satu sisi. Tulisannya tidak melaporkan fakta, melainkan mendistorsinya.
Bahwa kita memiliki buku-buku sejarah yang ditulis dari berbagai sudut pandang, tentu saja ini adalah fakta. Ada sejarah Reformasi yang ditulis dari sudut pandang Katolik dan ada pula yang Protestan. Ada sejarah tentang kaum proletar dan ada juga sejarah a la borjuis; ada sejarawan beraliran Tory dan ada juga yang berhaluan Whig. Setiap bangsa, partai dan kelompok linguistik memilki sejarawannya sendiri dan ide-idenya sendiri tentang sejarah. (more…)
Komentar