Tentang Penerjemahan Buku dan Bisnis Buku Terjemahan

21 July, 2008 at 10:04 am 9 comments

Jurnal Kebebasan: Akal dan Kehendak
Volume II Edisi 39, Tanggal 21 Juli 2008-07-21
Oleh: Sukasah Syahdan

Sejak tahun lalu menerbitkan buku Murray Rothbard, saya telah menerima cukup banyak email pembaca. Hingga saat ini pun masih ada satu dua email yang masuk dari berbagai daerah.  Hal ini amat membesarkan hati saya.

Salah seorang dari mereka, W, menuliskan bahwa selama ini banyak buku diterjemahkan secara buruk.  Sebagian besar buku-buku tersebut susah dibaca dan mengandung banyak kesalahan yang tak perlu.  Contoh-contohnya antara lain buku legendaris Max Weber; buku Fukuyama; juga buku Warren Bennis.

Biasanya terjemahan buruk berasal dari penerbit yang tak terkenal; namun, katanya, ternyata penerbit besar juga melakukan hal yang sama.

Tentunya hal ini amat disayangkan. Penerjemahan yang buruk membuat pembaca tidak bisa atau kesulitan menangkap inti buku. Bahkan,  pembaca cenderung akan menjadi malas meneruskan pembacaan. Ini juga disayangkan karena karakteristik bisnis penerbitan karya terjemahan tidak bisa dipisahkan dari mutu terjemahannya. Padahal, bagi penerbit komersial, hal ini juga penting.  Mereka punya kepentingan besar di sini; semakin baik buku diterjemahkan, semakin banyak yang berminat membelinya.

Alasan kedua jauh lebih penting.  Seperti disinyalir oleh W (dan saya amat sependapat dengannya), bangsa ini kehilangan kontak dengan pemikiran unggul dari barat. Betapapun pentingnya sisi komersial penerbitan buku, sisi idealisnya tidak boleh dilupakan.  Buku-buku terjemahan harus bisa dibaca dengan enak.

Di bisnis terjemahan, memang banyak faktor berpulang kepada penerjemah.  Sebagai contoh, buku Rothbard yang menurut W cukup baik, menurut saya bisa lebih baik lagi. Buku tersebut diterbitkan tanpa dummy-pra-naskah sebelum dicetak final.  Ketika saya kirim naskah revisi final, penerbit buku tersebut menolaknya, karena kehabisan waktu.  Katanya, nanti saja kalau ada rencana penerbitan ulang.   Pada akhirnya tanggungjawab penerjemahan berpulang pada kemampuan dan kejujuran sang penerjemah.

Seputar lika-liku penerjemahan, ada sebuah ungkapan yang menyarikannya begini: “Translation is like a woman; it’s not faithful when it is beautiful.”

Kalau Anda wanita, dan tersinggung dengan kalimat di atas, silakan tayangkan kejengkelan Anda kepada Eugine E. Nida; sebab memang dia, seorang pakar lingusitik AS yang juga penerjemah Injil, yang mengatakan begitu.  Mungkin selama hidupnya ia kurang banyak berhubungan dengan perempuan; saya sendiri tidak sependapat dengannya.

Terlepas dari itu, memang tidak sedikit buku-buku asli yang dari ‘sananya’ sudah menjengkelkan. Misalnya adalah buku ekonomi The General Theory-nya Keynes. Bagi saya, buku ini bukan semata persoalan bahasa.  Sebagaimana halnya semua buku, sebelum pembaca memutuskan untuk menerima atau menolak pandangan seorang penulis, pembaca tersebut harus bisa memahami isinya.  Dalam hal ini, ekonom yang membaca buku Keynes harus mengetahui pemikiran ekonomi klasik yang dihujatnya di sana-sini, terutama pemikiran Say.

Prof. Makaliwe beberapa tahun lalu menerjemahkan buku Keynes tersebut (terbitan UGM, Yogyakarta). Saya sempat membandingkannya tulisan aslinya.  Kesan saya: terjemahan Prof. Makaliwe sudah setia dan baik-sangat baik bahkan. Tetapi, buku itu tetap luar biasa sulit untuk dipahami.

Untuk memahami sebagian argumen Keynes, saya harus membaca karya risalah buku ekonomi karya Say, yang dihujatnya. Naskah Say jauh lebih tua daripada The General Theory.  Tetapi, bahasa Say, yang lebih ‘baheula’ ketimbang Keynes, ternyata jauh lebih jernih. Ini membuktikan tesis saya bahwa memang sebagian buku sudah sulit “dari sananya” sehingga meski telah diterjemahkan dengan baik sekalipun, kesulitan tersebut tidak dengan sendirinya teratasi.

Tentang Karya Terjemahan di Jurnal

Kalau Anda sempat mengunjungi jurnal ini sebelumnya, maka kemungkinan besar Anda sudah medapati beberapa karya terjemahan di dalamnya. Ada beberapa tulisan Mises, Rothbard, Hayek, Hazlitt, Bastiat, Hoppe, Keynes, dan dapat saya janjikan banyak lagi penulis/karya lain yang akan menyusul.

Dalam kesempatan ini saya mau berbagi sedikit dengan pembaca tentang latar belakang pemikiran di balik jalan sunyi ini.

Pertama, sebagaimana pernah dikatakan Rothbard di salah satu makalahnya tentang perkembangan ilmu pengetahuan, dari totalitas ilmu pengetahuan selama ini, terdapat lebih banyak hal yang telah dicapai namun terlupakan oleh benak manusia, ketimbang apa yang mampu diingat olehnya.  Ini memang bukan tentang isu penerjemahan itu sendiri, melainkan menyangkut apresiasi terhadap karya-karya di masa lampau.

Di dalam makalahnya tersebut, yang sudah diterjemahkan di jurnal ini dengan judul Ludwig von Mises dan Paradigma Bagi Jaman Kita, Rothbard menyinyalir bahwa salah satu faktor pengendala keberterimaan tradisi pemikiran Austria yang khas verbal dan super-kritis juga karena faktor bahasa.

Dalam konteks Indonesia, sebagaimana digugat rekan W dalam salah satu emailnya kepada saya, bangsa ini tampaknya kehilangan kontak dengan pemikiran unggul dari barat. Betapapun pentingnya sisi komersial penerbitan buku, sisi idealisnya tidak boleh dilupakan.  Saya amat terkesan, dan sangat setuju, dengan ucapannya ini.

Indonesia memang relatif bangsa muda. Di bidang-bidang ilmu pengetahuan tertentu, ekonomi misalnya, relatif tidak banyak yang dapat digali dari khasanah literatur asli.  Sebagai contoh, dari bumi Indonesia sendiri muncul gagasan sistem perekonomian Pancasila. Namun, hingga detik ini, hingga sang pencetusnya meninggal beberapa tahun silam, sistem tersebut gagal dielaborasi dan para eksponennya terutama di Yogya belum berhasil mengembangkannya secara signifikan.

Secara historis, pada awal tahun 1950-an kita baru memiliki satu atau dua ekonom. Hal ini menunjukkan betapa miskinnya bangsa ini dalam hal pengetahuan teoritis ekonomi.  Jelaslah bahwa mau tidak mau, kita harus mengimpornya dari luar.

Di satu sisi yang membawa harapan, banyak ekonom muda telah dan sedang menimba ilmu di Inggris, Amerika, dan Australia dan negara-negara maju lainnya untuk mendalami ilmu ini.  Di sisi lain, ekonomi itu sendiri memiliki bidang-bidang yang berbeda. Sebagian besar ekonom di negeri ini memiliki ketertarikan yang tinggi pada aspek aplikatif atau pragmatisnya saja.  Ini penilaian saya yang subyektif dan tidak permanen.  Dewasa ini tidak banyak ekonom lokal yang tertarik untuk mendalami pemikiran ekonomi; atau kalaupun mendalaminya, hanya sebagai ornamen pelengkap saja.  Sejarah pemikiran ekonomi hampir tidak diajarkan di negeri ini.  Thee Kian Wee, economic historian senior yang kadang-kadang saya kontak lewat email, adalah pengecualian satu-satunya saat ini.

Kondisi ini, cukup menyedihkan bukan?

Entry filed under: Uncategorized. Tags: , .

Gangguan server dan ratusan spams Mentalitas Anti-Kapitalistik (Bagian 1)

9 Comments Add your own

  • 1. fade2blac  |  11 August, 2008 at 1:44 pm

    Buku Anda tidak ditemukan di depok (Gramedia dan Gunung Agung). Ada tempat pesan langsung?

    Reply
  • 2. Nad  |  11 August, 2008 at 11:28 pm

    Trims atas kabarnya! Memang betul, ada masalah distribusi. Soal ini sempat saya laporkan beberapa minggu lalu. Di beberapa TB di Jaksel juga cuma tinggal daftarnya. Bbrp bulan lalu saya beli langsung dari penerbitnya; alamatnya ada di sidebar link. Salam.

    Reply
  • 3. yogi  |  24 November, 2008 at 9:08 am

    asalamualaikum pak . .
    ni saya jga lagi cuba trjemahin buku bhs.ingggris . .
    tapi msih bingung, nti kalo dah jadi gmana yah cara mengajukan ke penerbit nya??? mohon bimbingan nya . .

    makasih . .

    wass . .

    Reply
  • 4. Nad  |  27 November, 2008 at 11:37 pm

    Yogi, trims! Caranya: kontak lewat telepon, email atau kirim langsung naskahnya.  Saya melakukan semua ini, tapi cara yang terakhir hanya kalau sudah yakin. Bukan apa-apa, naskah Anda bisa hilang. Bisa juga berkongsi tanggung-renteng biaya dengan penerbit; boleh juga dicoba.

    Reply
  • 5. dinda  |  26 December, 2008 at 9:44 pm

    saya ingin tanya bagaimana caranya sih bisa menjadi penterjemah sebuah penerbit? kebetulan saya adalah seorang penterjemah muda yang sedang berusaha mencari jalan bagaimana caranya untuk bisa menterjemahkan novel.. tapi say belum tau bagaimana carnya berhubungan dengan pihak penerbit…

    terima kasih..

    Reply
  • 6. Nad  |  27 December, 2008 at 12:18 am

    dinda, trims! saya tidak dapat menjawabnya berdasarkan pengalaman pribadi. silakan goggle; dulu saya pernah membaca tips dari seorang penerjemah novel; saya yakin Anda akan menemukan tautannya.  secara logis, tentu kita perlu menjawab lowongan penerjemah dari usaha penerbitan; dan kita bisa juga pro-aktif menawarkan diri, a.l. lewat naskah atau sampel. cara lain, yang mungkin layak dicoba, adalah mengontak langsung penerjemah yang karyanya sudah terbit, a.l. lewat kantor penerbitan ybs. cuma itu tambahan saya.

    Reply
  • 7. ozax  |  13 May, 2009 at 4:40 pm

    salam …. aku mw cari drama terjemahan nih, tapi ga tau dimana saya harus ambil,,,,, bleh kasih tau gimana cara ngambilnya tidak ?

    Reply
  • 8. Rayendra  |  16 May, 2009 at 9:53 am

    Sama seperti post di atas, aku juga sudah mencoba telp no hp dan kantor penerbit.. namun tidak ada yang angkat.. Sayang sekali buku sebagus ini susah didapat!

    Btw, kira-kira apakah akan ada rencana menerjemahkan Human Action ?

    Reply
  • 9. prihatini  |  23 February, 2010 at 9:31 am

    Buku barunya apa lagi pak? 😉

    Reply

Leave a comment

Trackback this post  |  Subscribe to the comments via RSS Feed


AD IGNOTUM*

Akaldankehendak.com
Volume II Edisi 26 (21 Apr. '08)

Subscribe by email or reader

Stop Press: Edisi mendatang: Wawancara eksklusif Akaldankehendak.com dengan filsuf dan profesor ekonomi di UNLV, seorang distinguished fellow di Ludwig von Mises Institute, dan editor Journal of Libertarian Studies: Hans Hermann Hoppe.

Arsip

Pojok Sponsor

buku_rothbard.jpg Murray Rothbard, Apa Yang Dilakukan Pemerintah Terhadap Uang Kita?; ISBN : 97897916217 -4-8; Terj. & Pengantar: Nad; PT. Granit, Yayasan Obor Indonesia; Kini tersedia di toko-toko buku terdekat. (Intip cuplikannya).

Please make some donations